Maaf, Aku Mencuri Ceritamu

(Untuk Emak dan Bapak: Aku tak mampu mencari kata-kata untuk mewakili makna kata sesederhana cinta)

Prolog
Bapak sangat keras dalam mendidikku. Bahkan di kalangan tetangga, Bapak terkenal sebagai orangtua tergalak. Tak jarang tangannya hinggap di muka ini. Tanda merah bekas rotan gagang sapu ijuk yang digebukkan pun sering bersilangan di punggungku. Semua itu Bapak lakukan untuk mengimbangi sifat bandelku. Terlebih jika aku lalai dalam menjalankan salat. Walaupun, secara syariat, saat itu aku belum bisa disebut mukalaf, atau boleh dibilang belum aqil baligh, tapi Bapak begitu keras dalam mengajarkanku tentang pentingnya salat. Sering aku menangis karena pendidikan yang diberikan Bapak begitu menyiksaku. Saat itu, yang aku lakukan adalah lari dan menangis di pangkuan Alm. Nenek (dari garis keturunan Emak) yang rumahnya tidak jauh dari rumah kami. Atau kalau tidak, Emak, dengan kelemahlembutannya, mengobati tangisku.

Baca lebih lanjut